Nostalgia Keluarga Pawitandirogo

Oleh Haryono Suyono
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi sambutan saat bersilaturahmi dengan Keluarga Besar Paguyuban Pawitandirogo di Halaman Theater Imax Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu, 6 Oktober 2012. (omar tara)
Tidak kurang dari 10 ribu anggota keluarga besar Pawitandirogo, yaitu keluarga asal Pacitan, Ngawi, Magetan, Kabupaten dan Kota Madiun serta Ponorogo yang menetap di Jabodetabek, tumplek bleg di pelataran Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Biarpun sebagian besar telah mengantongi kartu penduduk daerah tempat tinggalnya, pertemuan itu dihadiri pula oleh para bupati/walikota, isteri dan pejabat teras dari keenam daerah asalnya.

Pertemuan itu adalah acara silaturahmi dan halal bi halal bersama Presiden RI, Dr H Susilo Bambang Yudhoyono yang berasal dari Pacitan. Presiden SBY didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, Mas Ibas dan isterinya yang akrab dengan masyarakat Pacitan.
Peristiwa minggu lalu itu mengingatkan semua warga Pawitandirogo pada peristiwa yang sama, sembilan tahun lalu, tatkala dalam acara pertemuan serupa, melalui sesepuhnya dikumandangkan harapan agar salah satu warga utamanya, Dr H Susilo Bambang Yudhoyono, maju dan dapat dipercaya oleh rakyat Indonesia menjadi calon presiden. Alhamdulillah, doa dan seruan tersebut diridhoi Tuhan Yang Maha Kuasa dan SBY dipercaya rakyat sebagai Presiden RI untuk dua masa jabatan.
Sejak terpilih sebagai Presiden RI, keluarga SBY tidak pernah muncul dalam acara silaturahmi dan halal bi halal karena kesibukan dan tugas negara. Sehingga, masyarakat merasa sangat rindu. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur atas kehadiran keluarga SBY, setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, muncul tiga orang penyanyi asal Pacitan yang sukses menjuarai berbagai lomba, langsung menyanyikan lagu ciptaan SBY, Aku Rindu sebagai ungkapan rasa rindu.
Kehadiran sosok SBY, memberi semangat tinggi kepada warga eks Karesidenan Madiun dan hampir pasti akan diwartakan kepada sanak saudaranya yang masih ada di kampung halaman. Karena itu, tatkala Ketua Panitia Dr Sudibyo Alimoeso, MA, tang juga ketua paguyuban warga Pacitan, melaporkan rancangan acara. Ribuan warga yang mendengarkan laporan itu tidak putus-putusnya memberikan apresiasi pada hampir setiap kalimat yang disampaikannya.
Begitu juga tatkala Presiden SBY, yang dalam pidatonya tanpa teks, berbicara dari hati ke hati. Seluruh warga tidak bergeming menyambut baik segala pesan dan petuahnya. Pesan Presiden itu disambung oleh Prof Dr Ir H Mohammad Nuh DEA, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang mengurai dengan sangat baik arti halal bi halal. Sehingga, seluruh hadirin seakan tersihir oleh khotbah wejangan ulama agung yang tidak ada tandingannya.
Secara khusus Presiden memberi dukungan acara silaturahmi kedaerahan sebagai bagian dari kekerabatan emosional yang perlu dilestarikan untuk makin mempererat tali silaturahmi, sebagai perekat persatuan dan kesatuan pendukung kokohnya NKRI. Hubungan emosional kekerabatan daerah sungguh mulia, karena itu Presiden menganjurkan agar ikatan kekerabatan itu bergerak dalam bidang sosial, budaya, dan kemasyarakatan serta menghindari kegiatan politik yang kadang cenderung memecah belah ikatan emosional yang justru perlu untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam hubungan budaya dan seni, Presiden berharap kiranya tahun depan dapat muncul gelar seni budaya dalam acara peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara yang biasanya melalui acara televisi.
Presiden menganjurkan agar ikatan kekerabatan seperti Pawitandirogo bergerak dalam bidang sosial, membantu pembangunan daerah melepaskan diri dari lembah kemiskinan. Bahkan dianjurkan agar memperkokoh tali silaturahmi, mendorong upaya saling tolong menolong antar warga dan menambah kekerabatan antar warga lainnya untuk menciptakan kekerabatan keluarga besar nasional dan global yang makin kokoh. Presiden juga menekankan justru kekerabatan seperti Pawitandirogo ini memperkuat dan tidak menjadi hambatan dari upaya membangun kekerabatan global yang damai dan sejahtera.
Dalam kesempatan itu hadir pula Gubernur Jawa Timur, Pakde Karwo, bersama ibu dan jajaran lainnya, para bupati dan walikota dari eks karesidenan Madiun, koordinator wilayah Madiun dan jajaran pemerintah dari masing-masing daerah. Tatkala Presiden dan Gubernur Jatim akan mendapat laporan dari Menkop UKM tentang diresmikannya koperasi kulakan posdaya di Pacitan, Presiden sebagai pendukung warung posdaya di desa, memberikan apresiasinya dan minta agar dilanjutkan untuk daerah lain.
Gubernur juga diberi tahu bahwa warung di desa itu akan dikelola oleh keluarga miskin yang mendapat pinjaman dari Bank UMKM Jatim dan Yayasan Damandiri. Gubernur secara spontan memberikan dukungan, namun tidak bisa hadir karena bertepatan dengan persiapan acara Ulang Tahun Provinsi Jatim.
Di samping itu, para bupati dan walikota menyatakan dukungannya mempercepat pembangunan keluarga, khususnya upaya pengentasan kemiskinan, melalui pos pemberdayaan keluarga (posdaya), segera memperluas pembentukan dan kegiatan posdaya ke seluruh wilayah Karesidenan Madiun. Ini sebagai respon atas seruan Presiden agar dikembangkan kegiatan sosial ekonomi dan budaya bersama yang sinergis.
Para bupati, termasuk koordinator Karesidenan Madiun menyatakan kesediaannya untuk memfasilitasi dan mengadakan pelatihan bersama mahsiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Merdeka Madiun. Bupati Magetan menyatakan siap menjadi tuan rumah penyelenggara acara pelatihan di pusat pelatihan Dharmais daerah itu.
Dalam suasana penuh keakraban, acara diakhiri dengan peninjauan pameran produk masyarakat masing-masing daerah dan makan siang bersama dengan sajian makanan kesukaan rakyat dari masing-masing daerah. Semua pejabat teras dan sesepuh makan siang dengan lahap karena rindu makanan daerahnya. ***
Penulis adalah mantan Menko Kesra dan Taskin.

Comments

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo