Berbicara tentang Reog Ponorogo

Reog Ponorogo






[caption id="" align="alignright" width="320" caption="Pawargo Batam"][/caption]

 

Berbicara tentang Reog Ponorogo tentu saja biasanya kita mulai dari ranah sejarah dan budaya masyarakat Ponorogo. Reog dari aspek kesejarahan konon bisa ditemukan di buku Babad Ponorogo, maaf, saya sendiri sebagai orang Ponorogo sampai sekarang juga belum berkesempatan membaca buku tersebut. Dari aspek budaya reog sebagai salah satu representasi kesenian yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Ponorogo pada umumnya. Yang kedua inilah yang hendak coba saya mulai berwacana dengan semua teman-teman Pawargo di manapun adanya, saya yakin banyak teman-teman warga Ponorogo walaupun sudah lama dirantau masih memiliki kepedulian kepada tanah kelahiran Ponorogo, atau syukur bila sudah meningkat tingkat kepeduliannya melampaui batas lokalitas kedaerahan namun sudah menjangkau pada kepedulian nasional khususnya dan negeri kita Indonesia.

Berbicara sejarah berarti kita berbicara masa lalu, statis, karena sejarah adalah sesuatu yang sudah terjadi, jadi sejarah tidak bisa dirubah, secuilpun. Kalaupun ada yang nekat ingin merubah sejarah biasanya ini dilakukan oleh penguasa yang memiliki kekuasaan diluar batas  atau regim, itu pun  paling pol sebatas merekayasa sejarah untuk kepentingan pelanggengan kekuasaannya, bukan merubah sejarah tetapi sekedar menggelapkan sejarah.

Tetapi bukan berarti sejarah tidak penting, apapun adanya sejarah tetap sangat penting, Bung Karno berucap “ Jasmerah,..Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” Sejarah yang jujur bisa dijadikan pembelajaran yang baik bagi generasi-generasi sesudahnya untuk bersikap arif, termasuk tentunya sejarah Reog Ponorogo.

Adapun budaya lebih dinamis, ini menarik, karena budaya selalu menyatu erat dengan aspek kehidupan masyarakat, termasuk budaya Reog Ponorogo bagi masyarakat Ponorogo. Nilai-nilai yang terkandung dalam seni budaya reog Ponorogo tentu saja sudah terinternalisasi lama di dalam kehidupan masyarakat Ponorogo yaitu sepanjang sejarah reog Ponorogo itu sendiri, hal inilah yang secara langsung memberi kontribusi pada pembentukan sikap, perilaku dan pola pikir masyarakat Ponorogo pada umumnya, disadari maupun tidak disadari.

Teman-teman Pawargo, marilah kita coba kritisi bersama, apakah nilai-nilai yang kita serap dari seni budaya reog Ponorogo selama ini sudah merupakan representasi dari nilai sejati budaya reog Ponorogo yang sesungguhnya?

Untuk itu mari kita saling berwacana dengan hati yang jernih dan kepala dingin,…saya yakin seyakin-yakinnya dari titik tolak ini kita bersama bisa saling nyengkuyung menuju Ponorogo Yekti Mukti Wibowo.

Nilai apa yang sesungguhnya  terkandung dari seni budaya reog Ponorogo, tentunya tidak terlepas dari sudut pandang mana dan bagaimana kita menafsirkannya. Penafsiran bisa saja multi tafsir, tetapi tentunya hal itu tidak cukup menjadikan alasan bagi kita untuk saling congkrah antar sesama warga Ponorogo, justru dengan adanya berbagai penafsiran semestinya akan semakin menambah kaya wacana kita untuk saling asah dan asuh sampai ditemukan ‘grand penafsiran’ yang nanti bisa menjadi sarana penanaman nilai bagi generasi-generasi penerus seni budaya reog Ponorogo di masa depan. Ini yang menurut saya dan mudah-mudahan teman-teman warga Ponorogo juga sepakat.

Sejauh yang saya ketauhi,,...tentang Reog Ponorogo,

Seni budaya reog Ponorogo terdiri dari berbagai komponen atau perangkat seperti dadak merak, singo barong, gamelan pengiring, bujang ganong, jathilan, para warok, pengiring dll. Tetapi sesungguhnya dari semua hal itu yang paling utama dan menjadi sentral sesungguhnya adalah reog itu sendiri, yaitu yang secara wadak atau phisik berupa kesatuan antara singo barong dan dadak merak.

Dari sinilah saya mengajak teman-teman Pawargo untuk berwacana mencari dan menemukan nilai sejati yang terkandung dalam seni budaya reog Ponorogo.

Menurut penafsiran saya,…

Reog Ponorogo yang terbangun atas kesatuan dari singo barong dan dadak merak kemudian permainannya diangkat di atas kepala pembarong ( warok ) dengan cara digigit kuat ini memiliki perlambang yang jelas sangat tidak sepele.

Singo Barong,..kepala harimau, si raja rimba, adalah representasi dari kekuatan, kesaktian dan kekuasaan.

Dadak merak,... burung berbulu sangat indah, bergaya anggun, bak bidadari dari syurga, adalah representasi dari keindahan, kelembutan, dan keluhuran.


Jadi reog Ponorogo adalah representasi menyatunya dalam satu diri / manunggaling unsur kekuatan dan keindahan, kesaktian dan kelembutan, kekuasaan dan keluhuran. Reog adalah representasi dari Radja berhati bidadari, Ksatria berhati lembut, Penguasa berjiwa luhur yang mengayomi.


Dari hirarkinya dadak merak adanya di atas singo barong,…ini adalah representasi keindahan selalu ditempatkan di atas kekuatan, pitoetoernya : selalu mengutamakan keindahan budi pekerti dalam setiap aspek kehidupan.

Adakah nilai-nilai ini sudah mengilhami kita sebagai pewaris budaya reog Ponorogo?

Para warok,…mereka memainkan reog dengan mengangkat di atas kepala dan menggigit kuat singo barong dengan gigi mulutnya,  ini sesungguhnya perlambang bahwa para warok harus mempunyai komitment yang kuat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam budaya reog seperti teruraikan di atas.

Para warok,..harus memiliki kekuatan phisik dan kedigdayaan, ya, tetapi kekuatan dan kedigdayaan itu bukan untuk menindas.

Para warok,..harus memiliki kekuatan phisik dan kedigdayaan, ya, tetapi kekuatan dan kedigdayaan itu bukan untuk pamer dan gagah-gagahan. Warok sejati sebagaimana disampaikan oleh Mbah Wo Kucing sebagai seorang tokoh dan sesepuh Ponorogo dalam satu kesempatan wawancara eksklusif di Metro TV beberapa waktu yang lalu, warok itu sikap hidupnya seperti ilmu padi “semakin berisi semakin menunduk”.

Warok sejati adalah,… Radja berhati bidadari, Ksatria berhati lembut, Penguasa berjiwa luhur yang mengayomi.

Jadi,…jiwa warok Ponorogo,…

Kalau dia berkedudukan sebagai penguasa tidak sesekali menggunakan kekuasaannya untuk menindas rakyat,  melakukan kesewenang-wenangan , berbuat asusila dll. Melainkan dia adalah pemimpin yang mendedikasikan diri untuk mengayomi, mengangkat, meninggikan derajat, martabat, kesejahteraan dan kemuliaan rakyatnya.

,….dia bukan seorang Rahwono yang hobi menculik wanito dan demen ngunthal arto negoro, dia bukan Ken Arok yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, dia bukan type orang yang sikut kiri sikut kanan untuk mendaki jabatan, dia bukan type orang yang suka menikam teman dari belakang, dia pasti bukan type orang yang suka menjilat pantat atasan, dia pasti juga bukan type orang yang Asal Bapak Senang,…..dia orang-orang yang berani berkata TIDAK untuk ketidakbenaran, kesewenang-wenangan dan ketidakadilan.

Intinya, dalam profesi apa pun, dalam kapasitas apa pun, para warok adalah mereka yang dalam hidupnya selalu memegang teguh komitment untuk menjunjung tinggi nilai-nilai hidup yang meninggikan derajat dan martabat kemanusiaan demi terwujudnya harmoni, keadilan sosial dan kesejahteraan hidup masyarakat.


Ah,…seandainya di Indonesia ini banyak para warok,...... ......... .........………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……………………………………………………monggo diteruskan.

Matursuwun.

Salam,
Hari Siman

Comments

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo