Petani Main Reog di Kantor Gubernur
Laporan wartawan TribunMedan / Arifin Al Alamudi
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Orasi, bakar ban, teatrikal, atau menyalakan lilin disertai menyanyikan yel-yel sudah menjadi hal biasa dalam aksi demonstasi. Namun hari ini, bukan hal itu yang dilakukan oleh para demonstran. Namun melakukan demonstrasi dengan memainkan tarian reog.
Para pemain tarian asal Jawa Timur tersebut adalah para petani dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Mereka tergabung dalam Serikat Petani Indonesia, Sumatera Utara.
Tak kurang dari dua ribu petani hari ini, Sabtu (24/9) turun ke Jalan. Untuk memperingati Hari Tani Nasional ke 51 yang jatuh pada hari ini.
Sejak pukul 07:00 WIB, ribuan petani ini sudah memadati Lapangan Merdeka Medan. Mereka berasal dari berbagai daerah. Seperti Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Asahan, Madina, Padanglawas, Simalungun, Pakpak Barat dan Labuhan Batu.
Ribuan massa ini pun melakukan aksi damai dengan berjalan kaki (longmarch) menuju Kantor Gubernur Sumatera Utara. Di sini, Kepala Dinas Pertanian langsung menyambut kedatangan petani. Kemudian melakukan pemotongan tumpeng sebagai simbol peringatan hari tani.
Orasi dari beberapa petani juga menghiasi aksi saat massa sudah berkumpul di halaman Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro.
Yang unik adalah adanya tarian reog asal Jawa Timur yang dimainkan oleh para petani. Kemudian diakhiri dengan pembacaan pernyataan bersama. "Ini tarian yang unik yang jarang dimainkan saat ini, makanya kami mainkan di sini untuk menarik perhatian orang dan mengenalkan tari ini kepada masyarakat luas," ujar seorang penari reog.
Ketua DPW Serikat Petani Indonesia Sumut Wagimin, menjelaskan dalam aksi damai memperingati hari tani ini para petani Sumut akan menuntut beberapa hal. Beberapa diantaranya adalah masalah sengketa tanah yang kerap melanda para petani, penegakan supremasi hukum terhadap perusahaan yang menggarap lahan negara tanpa hak guna usaha, sertya netralisasi TNI-Polri dalam penyelesaian konflik sengketa tanah yang melibatkan petani.
"Target aksi damai ini agar semua pihak bisa melaksanakan dan mentaati undang-undang pokok agraria Nomor 5 tahun 1960 sebagai kebijakan land reform dan reforma agraria, sehingga terciptanya rakyat sejahtera dan memiliki lahan untuk bercocok tanam karena hal itu diatur dalam UUD 1945," ujar Wagimin.
Usai berorasi dan menampilkan kesenian tari reog, massa aksi kembali melakukan longmarch menuju Kantor Badan Pertanahan (BPN) Sumut yang terletak di Jalan Brigjend Katamso Medan.
Karena kantor BPN tak memiliki area parkir yang cukup luas, akhirnya massa pun sampai meluber ke badan jalan. Kemcetan pun terjadi di Jalan Brigjend Katamso ini.
Di akhir aksi, petani membacakan pernyataan sikap bersama. Pertama mendesak pemerintah melaksanakan pembaruan agraria dan land reform untuk memastikan setiap petani untuk menguasai tanah pertanian.
Kedua, mendesak Plt Gubernur Sumut mengeluarkan surat keputusan tentang percepatan penyelesaian sengketa pertanahan di Sumut. Ketiga, Usut tuntas perusahaan perkebunan yang tidak memiliki izin HGU.
Keempat, menyerukan kepada TNI dan Polri agar bersikap netrak dalam menghadapi kasus sengketa tanah yang melibatkan petani. Kelima, segera lakukan moratorium pemberian rekomendasi terhadap izin HGU kepada perorangan dan perusahaan di Sumut. (Rif/tribun-medan.com)
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Orasi, bakar ban, teatrikal, atau menyalakan lilin disertai menyanyikan yel-yel sudah menjadi hal biasa dalam aksi demonstasi. Namun hari ini, bukan hal itu yang dilakukan oleh para demonstran. Namun melakukan demonstrasi dengan memainkan tarian reog.
Para pemain tarian asal Jawa Timur tersebut adalah para petani dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Mereka tergabung dalam Serikat Petani Indonesia, Sumatera Utara.
Tak kurang dari dua ribu petani hari ini, Sabtu (24/9) turun ke Jalan. Untuk memperingati Hari Tani Nasional ke 51 yang jatuh pada hari ini.
Sejak pukul 07:00 WIB, ribuan petani ini sudah memadati Lapangan Merdeka Medan. Mereka berasal dari berbagai daerah. Seperti Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Asahan, Madina, Padanglawas, Simalungun, Pakpak Barat dan Labuhan Batu.
Ribuan massa ini pun melakukan aksi damai dengan berjalan kaki (longmarch) menuju Kantor Gubernur Sumatera Utara. Di sini, Kepala Dinas Pertanian langsung menyambut kedatangan petani. Kemudian melakukan pemotongan tumpeng sebagai simbol peringatan hari tani.
Orasi dari beberapa petani juga menghiasi aksi saat massa sudah berkumpul di halaman Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro.
Yang unik adalah adanya tarian reog asal Jawa Timur yang dimainkan oleh para petani. Kemudian diakhiri dengan pembacaan pernyataan bersama. "Ini tarian yang unik yang jarang dimainkan saat ini, makanya kami mainkan di sini untuk menarik perhatian orang dan mengenalkan tari ini kepada masyarakat luas," ujar seorang penari reog.
Ketua DPW Serikat Petani Indonesia Sumut Wagimin, menjelaskan dalam aksi damai memperingati hari tani ini para petani Sumut akan menuntut beberapa hal. Beberapa diantaranya adalah masalah sengketa tanah yang kerap melanda para petani, penegakan supremasi hukum terhadap perusahaan yang menggarap lahan negara tanpa hak guna usaha, sertya netralisasi TNI-Polri dalam penyelesaian konflik sengketa tanah yang melibatkan petani.
"Target aksi damai ini agar semua pihak bisa melaksanakan dan mentaati undang-undang pokok agraria Nomor 5 tahun 1960 sebagai kebijakan land reform dan reforma agraria, sehingga terciptanya rakyat sejahtera dan memiliki lahan untuk bercocok tanam karena hal itu diatur dalam UUD 1945," ujar Wagimin.
Usai berorasi dan menampilkan kesenian tari reog, massa aksi kembali melakukan longmarch menuju Kantor Badan Pertanahan (BPN) Sumut yang terletak di Jalan Brigjend Katamso Medan.
Karena kantor BPN tak memiliki area parkir yang cukup luas, akhirnya massa pun sampai meluber ke badan jalan. Kemcetan pun terjadi di Jalan Brigjend Katamso ini.
Di akhir aksi, petani membacakan pernyataan sikap bersama. Pertama mendesak pemerintah melaksanakan pembaruan agraria dan land reform untuk memastikan setiap petani untuk menguasai tanah pertanian.
Kedua, mendesak Plt Gubernur Sumut mengeluarkan surat keputusan tentang percepatan penyelesaian sengketa pertanahan di Sumut. Ketiga, Usut tuntas perusahaan perkebunan yang tidak memiliki izin HGU.
Keempat, menyerukan kepada TNI dan Polri agar bersikap netrak dalam menghadapi kasus sengketa tanah yang melibatkan petani. Kelima, segera lakukan moratorium pemberian rekomendasi terhadap izin HGU kepada perorangan dan perusahaan di Sumut. (Rif/tribun-medan.com)
Penulis : Arifin Al Alamudi
Editor : Mauliana_Noor
Sumber : Tribun Medan
Comments
Post a Comment
Besar harapan kami dapat memberikan jembatan untuk dapat saling silaturahmi sesama warga Ponorogo dimanapun berada.
Tinggalkan komentar anda sebagai wujud partisipasi dukungan untuk kami. Terima kasih.