Budidaya Kelinci di Karangpatihan
Tim PKM-M UNY memberikan pelatihan tentang beternak kelinci. (Foto: dok. Tim PKM-M UNY) |
Di Ponorogo, Jawa Timur, ada sebuah desa yang dikenal sebagai "Kampung Idiot" karena banyaknya penyandang disabilitas intelektual di sana. Tetapi, lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini tergerak untuk memberdayakan penduduk Kampung Idiot dan menghapus stigma tersebut.
Essy Purwaningtyas, Yuni Nurfiana W dan Nur Hera Utami (mahasiswa FMIPA), Dwi Ayu Novita A (mahasiswa Fakultas Teknik) serta Maria Wulandari (mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra) melirik kelinci sebagai media pengubah stigma Kampung Idiot. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa pengabdian Masyarakat (PKM-M), mereka berinisiatif mengubah Desa Karangpatihan, Ponorogo, dari Kampung Idiot menjadi Kampung Kelinci.
Yuni Nurfiana W memaparkan, Desa Karangpatihan ini memang dijuluki sebagai Kampung Idiot karena ada 64 warganya menyandang disabilitas intelektual. Kondisi ini diperparah lagi dengan mayoritas warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan.
"Kami merasa perlu berupaya memberdayakan desa ini dengan melatih kemandirian para penyandang disabilitas intelektual yang selama ini cenderung dianggap beban bagi masyarakat," kata Yuni dalam keterangan tertulisnya kepada Okezone, Kamis (17/5/2012).
Yuni dan rekan satu timnya kemudian menghelat berbagai kegiatan yang memberikan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan, kepada para penyandang disabilitas intelektual tentang berternak kelinci. Mereka memilih kelinci karena ia merupakan hewan yang produktif dalam bereproduksi, sehingga dapat menghasilkan daging cukup banyak.
"Daging kelinci yang kaya protein dan rendah kolesterol pun masih diminati pasar, tidak hanya di lokal Ponorogo, tetapi juga di luar daerah," imbuhnya.
Untuk memudahkan jalannya program yang didanai Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tersebut, tim Yuni pun membuat struktur organisasi Kelompok Kampung Kelinci, Desa Karangpatihan. Organisasi ini akan bertugas memantau kegiatan masyarakat dalam berternak kelinci dan mempermudah koordinasi serta komunikasi antara tim PKMM, lembaga desa dan warga.
Samuji, sang Ketua Kampung Kelinci, menuturkan, sudah ada 50 warga mendapat bibit kelinci. Bahkan, beberapa di antaranya telah melahirkan. "Warga antusias sekali memelihara kelinci karena relatif mudah, pakan tidak sulit dicari, dan prosepektif untuk menambah pendapatan. Semoga program ini dapat dikembangkan," ujarnya.
Harapan Samuji diwujudkan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, di antaranya LPM Mandiri Kota Ponorogo. Ketua LPM Mandiri Ponorogo Fendi Sukatmanto, mengaku tertarik dengan program rintisan Kampung Kelinci tersebut. LPM Mandiri sendiri akan mendampingi dan membina warga Kampung Kelinci.
"Saya berharap nantinya akan dapat berkembang lebih jauh. Kami pun siap membantu program ini, terlebih karena adanya kesamaan visi dan misi," imbuhnya.
Ide Kampung Kelinci juga disambut baik oleh Kepala Desa Karangpatihan Daud Cahyono. Dia menilai, program ini akan berdampak positif bagi desanya. Daud menuturkan, meski awalnya berat dan menjadi beban bagi perangkat desa, pelatihan yang diberikan tim PKM-M UNY ini diyakininya akan menumbuhkan kemandirian warga. "Dan Karangpatihan yang semula dijuluki sebagai Kampung Idiot, insya Allah nanti menjadi Kampung Kelinci," kata Daud.(rfa)
semoga program pemberdayaan ini dapat bermanfaat
ReplyDelete