Ponorogo Sabet Dua Trofi, Situbondo Raih Kategori Unik

Daerah Miskin Menangi Otonomi Awards 2011

SURABAYA - Perhelatan Otonomi Awards 2011 di The Empire Palace, Surabaya, tadi malam kembali diwarnai kejutan. Dalam acara penganugerahan edisi kesepuluh itu, beberapa daerah yang dikategorikan miskin ternyata dalam berinovasi tidak kalah dengan daerah yang sudah maju.

Hal itu dibuktikan daerah yang selama ini dipandang sebelah mata, tapi justru meraih penghargaan tertinggi. Yakni, Kabupaten Ponorogo yang berhasil menyabet salah satu grand category untuk daerah dengan terobosan paling menonjol bidang pelayanan publik.



Peraih award tertinggi lainnya adalah Kabupaten Probolinggo yang memenangi daerah dengan profil paling menonjol bidang kinerja politik. Lalu, Kabupaten Malang meraih award dengan terobosan paling menonjol bidang ekonomi. "Pelayanan akta kelahiran di kantor-kantor kecamatan di Ponorogo kini lebih simpel dengan biaya yang sangat murah," kata Direktur Eksekutif JPIP Rohman Budijanto tadi malam.

Selain tiga penghargaan tertinggi, ada 12 penghargaan spesial atau silver trophy. Kabupaten Malang dan Kapubaten Ponorogo juga meraih dua award untuk kategori berbeda. Di antara pemenang itu, berdasar hasil riset dan penilaian oleh Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP), Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Sumenep berhasil meraih award untuk katagori unik.

Situbondo menang untuk daerah dengan inisiatif menonjol dalam memasyarakatkan keluarga berencana untuk pria. Lalu, Sumenep berhasil untuk daerah dengan inisiatif yang kuat dalam menegakkan regulasi bagi hasil. "Pemerintah Kabupaten Situbondo berhasil mengajak sekitar tiga ribu laki-laki di Situbondo mau divasektomi. Jadi, bukan hanya perempuan yang harus ber-KB. Itu uniknya. Apalagi, ulama di sana juga sangat mendukung program itu," beber Rohman.

Acara Otonomi Awards tadi malam dihadiri para kepala daerah se-Jatim. Hadir pula Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Pendiri JPIP dan Direktur Utama PLN Dahlan Iskan, Ketua Komisi II DPR Chairuman Harahap, anggota DPR Ramadhan Pohan, Pemimpin Redaksi Jawa Pos Leak Kustiya, dan sejumlah Dirjen dan staf ahli kementerian.

Dalam sambutannya, Dahlan Iskan menyatakan bahwa perekonomian di masa otonomi daerah ini memiliki hukum sendiri. Saat politik sedang ramai, ekonomi di suatu kota atau kabupaten tidak tertanggu. "Karena itu, ekonom di suatu daerah bisa tetap kaya meskipun polisi terus bertengkar dan akhirnya malah miskin. Asalkan tetap fokus dan konsisten dalam melangkah," jelasnya.

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa salah satu hal yang penting untuk membangun sebuah wilayah adalah adanya reformasi birokrasi. Bila birokrasi dijalankan secara profesional dan tidak berbelit-belit, asal bisa dipertanggungjawabkan, wilayah tersebut akan mengalami kemajuan pesat. Hal senada juga diungkapkan Helmy Faishal Zaini. Acara Otonomi Awards ini membuat daerah saling menginspirasi.

"Kepala daerah bisa lebih kreatif dalam mengembangkan kawasannya. Berpacu untuk kebaikan," tegas dia. Semua pihak, imbuh dia, sudah selayaknya mendukung penuh kegiatan seperti ini. Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo yang dipersilakan memberikan pandangan di akhir acara menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Jawa Pos yang menggagas acara tersebut. Dia sepakat dengan Dahlan Iskan bahwa ekonomi suatu wilayah bisa tetap berkembang meskipun perpolitikan memanas.

"Sudah saatnya kepala daerah dan warga menjadi entrepreneur. Acara ini memotivasi untuk itu," kata pria yang akrab disapa Pak De itu. Kepala daerah, ujar dia, jangan lagi hanya terpaku kepada manajemen yang bersifat struktural. Namun, mereka juga harus meningkatkan manajemen yang sifatnya fungsional dan langsung bisa dirasakan efeknya hingga ke lapisan masyarakat paling bawah.

Sebelum acara penghargaan Otonomi Awards, pagi harinya digelar seminal nasional yang dihadiri pembicara, antara lian, Dr Laode Ida (wakil ketua DPD), Chairuman Harahap SH MM (ketua Komisi II DPR dari Golkar), Dr I Made Suwandi (staf ahli Mendagri), Erman A. Rahman (director for Local Economic Goverment The Asia Foundation), Prof Dr Mas"ud Said (pakar otoda dari UMM), Siti Zuhro (peneliti LIPI), dan Wawan Sobari (research executive JPIP). Acara tersebut dimoderatori Drs Haryadi (dosen FISIP Unair). (rio/c4/iro/JPNN)

Comments

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo