Sudah Siapkah UMKM Ponorogo menghadapi MEA


Pagi ini, disela-sela sarapan. Iseng-iseng saya baca harian Jawa Pos Radar Jogja. Mata saya segera tertarik dengan berita yang kalimat judulnya ada kata "MEA". Harap maklum, meskipun tidak tergolong handal, jelek-jelek begini saya juga mahasiswa ekonomi lho. Segera saya serius membaca uraian berita yang judul lengkapnya begini. Hadapi MEA, Berikan Perlindungan UMKM?.

MEA yang merupakan kepanjangan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN itu bukan tidak memiliki dampak pada daya saing produk lokal. Untuk itulah maka Pemprov DIJ mempersiapkan langkah-langkah antisipatif. Salah satunya adalah dengan memberikan perhatian khusus kepada pelaku UMKM dan industri kecil. Meskipun UMKM dan industri kecil tidak akan terlalu terpengaruh oleh anjloknya nilai tukar rupiah ataupun inflasi, namun sangat rentan terhadap persaingan global.

Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Raja Keraton Jogja mengungkapkan bahwa dengan dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN, maka produk-produk UMKM negara ASEAN juga akan membanjiri pasar Indonesia. Tak terkecuali DIJ. Maka dari itu, langkah antisipatif perlu diadakan agar pelaku UMKM DIJ tidak menjadi pihak yang kalah dalam persaingan global tersebut.

Lantas bagaimana dengan Ponorogo, menghadapi MEA? Jangan-jangan malah belum tau apa itu MEA. Untuk pertanyaan yang terakhir ini saya yakin jawabannya masyarakat Ponorogo sudah mengenal apa itu MEA. Meskipun belum semuanya tau, setidaknya para petingginya tau lah. Kalaupun para petingginya tau tapi cuek-cuek saja, kan masih banyak pemuda-pemudi yang nggak kudet.

Nah mereka yang tau itu memiliki semacam tanggungjawab untuk memberi tahu mereka yang belum tahu. Sudah jamak kita ketahui bahwa pemerintahan yang berlaku di Indonesia saat ini sifatnya adalah pasif. Mananti rakyat bergejolak terlebih dahulu baru pemerintah akan mengambil keputusan. Nah kalau kita sudah sadar dengan sistem pemerintahan yang demikian itu, sebagai rakyat apalagi sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai wawasan berlebih, sudah semestinyalah kalau kita bersikap aktif. Tidak pasif dan hanya menanti-nanti pemerintah turun tangan. Seiring dengan datangnya kekuatan yang besar datang pula tanggung jawab yang besar. Begitu kata orang bijak.

Silakan bagi pelaku pasar dan pemilik usaha memberikan komentarnya di kolom komentar.!


Artikel oleh : Didin Putra Mahardi
Sumber : kotareyog.com

Comments

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo