Posts

Kacamata nait en de

Image
Nostalgia Ponorogo Ilustrasi / galeryantik.blogspot.com Pada suatu waktu di pertengahan era 60-an para pemuda Ponorogo nampak ganteng-ganteng. Mereka memakai kacamata cantik, elegan, dan serba guna. Siang malam bisa dipakai dengan nyaman sehingga namanya “Kacamata Night and Day”. Bentuk tesmak ini memang bagus. Bingkainya persegi hitam. Ada dua hal yang istimewa di pelindung mata itu, pertama setengah dari kedua gagangnya terbuat dari logam tipis keemasan. Kedua, kacanya berwarna biru langit ringan, sejuk di mata. Pada siang hari dapat menyerap silau dan panas surya, pada malam hari dapat menerangkan gelap. Siapa yang memakai kacamata ini, nampak gagah, pokoknya gantenglah. Pada saat itu, sangat sedikit variasi model kacamata. Yang paling banyak tentu saja tesmak, kacamata baca orang tua yang umumnya bingkainya tebal-tebal. Lantas ada lagi “kacamata gemblak”. Sebetulnya model ini cukup bagus juga, tapi karena waktu itu yang memakai umumnya para gemblak, jadi pemuda-pemuda kit

Nonton Sepak Bola di Alun-alun

Image
Stadion Bathoro Katong/panoramio.com Nostalgia Ponorogo - Ponorogo pernah menyumbang seorang pemain timnas, Waskito Persatuan Sepabola Seluruh Indonesia (PSSI) sedang dirundung masalah, penggemar olahraga sepakbola harap-harap cemas menanti hasil Kongres akhir Juni. Penggemar olahraga yang satu ini memang istimewa jumlah maupun semangatnya. Tak ketinggalan, kota Ponorogo pun dilanda demam sepakbola bila menjelang dan selama event-event besar. Beruntung sekali orang jaman sekarang gampang menonton pertandingan di Eropa, Amerika Latin, dan lain-lain belahan bumi berkat jaringan televisi dan internet. Di awal tahun-tahun 60-an kami sudah cukup puas menonton pertandingan sepakbola antarklub di alun-alun Ponorogo.

Reog Berputar-putar di Lapangan Murjani

Image
Seorang penari terlihat begitu lincah membawakan kesenian Reog Ponorogo di Lapangan Dr Murjani, Banjarbaru, Rabu (20/4/2011) BANJARBARU - Warga Kota Banjarbaru yang datang ke lapangan Murjani terlihat begitu terhibur dengan penampilan kelompok kesenian Reog Ponorogo yang tampil di lapangan di tengah kota Banjarbaru tersebut. Peringatan hari jadi ke-12 kota Banjarbaru di lapangan Murjani, pagi ini, Rabu (20/4/2011) memang salah satunya dimeriahkan pagelaran kesenian khas daerah Ponorogo dari Paguyuban Warga Ponorogo (Pawargo) Kalsel . Ketua Paguyuban warga Ponorogo (Pawargo) Kalsel. H M Guntur, mengaku kelompoknya ingin ikut berpartisipasi untuk semakin memeriahkan peringtan hari jadi Kota Banjarbaru sekaligus mereka ingin mengenalkan reog kepada masyarakat di Kalsel. "Kita ingin ikut memeriahkan harjad Kota Banjarbaru sekaligus semakin mengenalkan kesenian Reog di Kalsel," katanya. (BANJARMASINPOST.CO.ID/hari widodo)

Pakaian Warok Ponorogo dalam Tinjauan Semiotika

Oleh :  Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si Hari itu Minggu, 13 Maret 2011. Saya memperoleh undangan untuk menghadiri pertemuan keluarga besar Ponorogo yang ada di Malang, yang disebut Pawargo, artinya Paguyupan Warga Ponorogo. Paguyupan itu diprakarsai oleh beberapa senior warga Ponorogo yang ada di Malang beberapa tahun yang lalu dengan tujuan untuk menyambung silaturrahim dengan semua warga dan keluarga Ponorogo di Malang yang semakin hari jumlahnya semakin banyak. Saya memperoleh undangan karena ‘katut’ istri yang memang berasal dari Ponorogo. Jadi, kalau dalam organisasi formal, saya ini sebagai anggota kehormatan saja. Pertemuan diselenggarakan setiap 3 atau 4 bulan sekali dan tuan rumahnya ditunjuk secara bergiliran, atau siapa saja yang memintanya karena bertepatan punya hajat, seperti tasyarakuran atau selamatan kirim doa kepada para leluhur dan sebagainya. Pertemuan selalu diadakan pada hari Minggu agar sebanyak mungkin anggota bisa hadir. Setiap pertemuan biasanya diha

sate Tukri Sobikun

Dalam dunia persatean, sate ayam Ponorogo masuk gagrak bumbu kacang seperti sate Madura. Penggemar sate gagrak ini akan memberi nilai plus bila bumbunya pas. Soal daging sih tidak terlalu berbeda kecuali tingkat kematangan dan aroma berbeda. Ada dua jenis bumbu sate yang dikenal umum yaitu yang memakai kacang tanah diulek dan bumbu kecap plus irisan cabai dan bawang merah. Sebenarnya ada lagi bumbu yang menggunakan santan agar lebih gurih. Kini sate Madura yang ada di Jawa mulai menyesuaikan diri dengan lidah pembelinya. Bumbu kacang ditambah irisan bawang merah dan cabai. Apapun topingnya, kunci utama tetap pada daging yang dibakar. Di Ponorogo, ada dua kampung sate yang tersohor. Kampung pertama, dikenal dengan Gang Sate, tempat si legendaris Sate Ayam Tukri Sobikun . Tepatnya di Jl Lawu Gang I No 43, Kelurahan Nologaten, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo. Kampung sate kedua yang juga diberi nama Gang Sate di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.

PONOROGO SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA

“SITIKULTUR(a)” Oleh : Andry Deblenk Apabila berbicara tentang Ponorogo, kita tidak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai budaya. Seperti kita ketahui bersama, ada dua hal yang dapat kita tengarai. Pertama , adalah substansi dari kesenian reyog itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya kesenian adiluhung ini made in asli dari daerah Ponorogo. yang sejak dulu menjadi ikon bagi masyarakat Ponorogo. Kedudukan reyog sangat vital, nyaris tak tergantikan. Kedua , jika kita flash back pada sejarah berdirinya wilayah ini, pastilah kita mengenal nama Raden Bathoro Katong. Di dalam buku Babad Ponorogo yang ditulis oleh Poerwowidjojo diceritakan bahwa asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dan musyawarah antara Raden Katong, Ki Ageng Mirah, dan Joyodipo pada hari jum’at malam bulan purnama. Bertempat di tanah lapang dekat gumuk ( wilayah Katongan sekarang ). Di dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan nanti dinamakan “Pramana raga” yang akhirny

MEWARISI NILAI DAN SEMANGAT WAROK-WAROK PONOROGO

Image
Warok-warok Singolodoyo USA Cerita tentang kehebatan warok-warok Ponorogo sebagai benteng penjaga kebenaran begitu melekat di hati Masyarakat Ponorogo. Hal ini begitu dikenal bukan hanya di Ponorogo sendiri tapi sampai ke selurug tanah Jawa, Sumatra bahkan ke Semenanjung Malaysia. Ini semua menjadi gambaran, betapapun Ponorogo hanyalah sebuah Kabupaten kecil, tapi mempunyai sumbang sih yang tidak kecil terhadap msyarakat luas. Di Malaysia misalnya sampai dengan tahun 60 -an juga ada seorang asli Ponorogo sebut saja warok Ponorogo yang karena ketokohannya dalam membela kebenaran, oleh masyarakat setempat diangkat menjadi Penghulu atau setingkat Lurah, namanya Warok Paiman. Penghulu Paiman ini sangat disegani sebagai seorang yang pemberani menaklukkan para begal dan perampok di salah satu tempat di Malaysia sehingga Msyarakat sekitar mengangkat sebagai Penghulu. Penghulu Paiman tepatnya berasal dari Desa Blembem - Sungkur, Jambon, Ponorogo. Saat ini kabarnya anak cucu Penghulu Paim