Petani lima kecamatan di Ponorogo dipastikan gagal panen
Radar Madiun
[ Selasa, 23 Februari 2010 ]
Ratusan Hektare Padi Puso
Tanaman padi yang dibabat berusia sekitar dua bulan. Jika normal, saat ini sudah mulai muncul bulir padinya. Namun yang tampak justru mengering. Bahkan sebagian sudah mati. ''Kami tidak tahu penyakit apa yang menyebabkan seperti itu. Yang pasti mulai usia dua minggu tanaman sudah tidak sehat,'' katanya.
Hal senada diungkapkan Salim, 56, petani lainnya. Dijelaskan, awalnya hanya menguning di bagian daun. Lama-lama mengering. Setelah dicabut, akar padi juga membusuk. ''Menguningnya daun itu sepertinya disebabkan jamur yang menempel, tapi jenisnya apa kami tidak tahu,'' jelasnya.
Akibat serangan penyakit itu, Salim mengaku merugi jutaan rupiah. Sebab tanaman padi tersebut dipastikan tidak bisa panen. Sedang mereka telah mengeluarkan biaya tanam dan pengolahan lahan yang cukup banyak. Untuk satu hektare, Salim mengaku merugi sekitar Rp 8 juta. Itu terdiri dari biaya pengolahan lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja. ''Daripada lihat tanaman tambah pedih ya lebih baik dibabat saja, segera ditanami lagi,'' tambahnya.
Yang menyedihkan, meski para petani telah melaporkan kejadian itu ke dinas pertanian (disperta) setempat namun tak juga ada tanggapan. Belum ada sekali pun petugas penyuluh pertanian yang turun sekadar melihat kondisi tersebut. ''Kelompok tani sudah melapor tiga kali tapi tak ada respon,'' kritiknya.
Sementara menurut Agus Mustofa Latief, anggota komisi B DPRD setempat, kondisi tersebut tak hanya terjadi di Slahung. Tapi juga di lima kecamatan lainnya. Seperti Kecamatan Mlarak, Sawoo, Balong, Bungkal dan Siman. ''Kami sudah menerima laporan dari enam kecamatan. Untuk itu kami berharap dinas segera turun tangan biar petani tidak cemas,'' pungkasnya.
Banyaknya tanaman padi yang puso tersebut juga dibenarkan disperta. Menurut Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Nur Nahudi dari pendataan dinasnya terdapat sekitar 145 hektare lahan padi yang rusak. Itu tersebar di Kecamatan Mlarak, Slahung, Bungkal, Balong, Siman dan Sawoo. ''Kami sudah turun dan melakukan pendataan,'' terangnya kemarin.
Menurut dia, rusaknya tanaman tersebut dipengaruhi badai elnino. Sehingga, menyebabkan curah hujan tidak stabil. Pada daerah-daerah tertentu, ketidakstabilan curah hujan menyebabkan tumbuhnya jamur. ''Yang terserang penyakit itu hanya daerah pinggiran saja yang kurang air,'' katanya.
Dijelaskan, matinya tanaman padi murni disebabkan jamur jenis blas. Dari penelitian disperta, hampir semua tanaman padi yang terserang jamur itu merupakan varietas ciherang. ''Ciherang itu tahan hama tapi tidak tahan pada jamur. Akhirnya seperti itu,'' jelasnya.
Meski faktor dominan yang menyebabkan tanaman padi adalah cuaca, namun pihaknya tengah menerjunkan tim khusus yang akan melakukan penelitian tentang langkah antisipasi atau pemberantasan jamur blas. ''Memang hingga saat ini belum ditemukan formula mengatasi jamuritu, tapi akan berusaha maksimal,'' tegasnya.(dhy/sad)
Comments
Post a Comment
Besar harapan kami dapat memberikan jembatan untuk dapat saling silaturahmi sesama warga Ponorogo dimanapun berada.
Tinggalkan komentar anda sebagai wujud partisipasi dukungan untuk kami. Terima kasih.