Ketoprak Puspo Budoyo lakon Warok Suromenggolo
Ketoprak: Para pemain Ketoprak Guyonan Campur Tokoh "Puspo Budoyo" saat adegan Demak Bintara saat tampil di hadapan Presiden SBY di Gedung Kesenian Jakarta. Foto: Mustafa Ramli/Jawa Pos
SEPERTI seni pertunjukan tradisional lain, ketoprak mulai kalah oleh budaya kontemporer. Beruntung masih ada seniman yang berupaya nguri-uri (melestarikan) ketoprak. Untuk menambah gaung, mereka menggandeng sejumlah petinggi negara dan bos-bos perusahaan untuk ikut bermain ketoprak.
Ide awalnya datang dari Luluk Sumiarso, staf ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pembina Paguyuban Ketoprak Puspo Budoyo ini menilai pementasan ketoprak yang patuh pada pakemnya tidak akan mampu menarik perhatian masyarakat. Hal ini akan berujung pada kepunahan seni pertunjukan yang sempat sangat populer di Jawa Tengah-Jawa Timur itu.
Luluk mengatakan, pada 2006, eksistensi ketoprak mulai terancam setelah Ketoprak Humor yang ditayangkan sebuah televisi swasta berhenti tayang. Terhentinya kontrak pertunjukan yang sempat booming itu, tak ayal membuat seniman-seniman ketoprak kelimpungan karena kehilangan pekerjaan. Asap dapur mereka bergantung pada pentas ketoprak di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) sekali sepekan. Penontonnya pun tak seberapa banyak.
"Pak Aries (Aries Mukadi) lalu mengajak Paguyuban Puspo Budoyo ikut menghidupkan kembali ketoprak. Puspo Budoyo sebelumnya lebih banyak berkiprah di seni musik tradisional Jawa," terang komisaris Pertamina ini.
Pria asal Ponorogo ini menilai perlu dibuat pentas ketoprak yang sedikit melenceng dari pakem tapi menyedot perhatian masyarakat. Pemainnya gabungan antara tokoh masyarakat dan seniman ketoprak. Agar tokoh-tokoh itu mau bermain, pakem dibuat longgar sehingga pemainnya bisa berimprovisasi. Karena tokohnya dari berbagai daerah, pementasan ketoprak itu menggunakan bahasa Indonesia.
"Konsep itu lantas saya matangkan dengan seniman ketoprak senior Aries Mukadi. Jadilah, Ketoprak Guyonan Campur Tokoh," ujar mantan Dirjen Migas ini kepada Jawa Pos, di GKJ, Jumat (7/5) lalu.
Setelah konsep matang, pada Mei 2006, pergelaran Ketoprak Guyonan Campur Tokoh untuk kali pertama dipentaskan. Mementaskan lakon Warok Suromenggolo, pergelaran itu diramaikan mantan Menteri Perhubungan Agum Gumelar dan artis Ratna Listy. "Agar menarik perhatian, pentas itu sengaja kami beri judul Suminten (Ratna Listy) Edan. Sejak itu atensi masyarakat sangat positif, bahkan bisa dibilang meledak," cetusnya.
Semenjak itu, pergelaran Ketoprak Guyonan Campur Tokoh rutin dipentaskan setiap dua bulan di GKJ di kawasan Senen dan Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Setelah pementasan pertama sukses, tokoh-tokoh masyarakat yang bersedia ikut bermain pun mulai berdatangan. Mendiknas Muhammad Nuh, mantan Jaksa Agung Marzuki Darusman, Yenny Wahid, mantan Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom, mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, serta mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie pun pernah bermain ketoprak.
Selain para pejabat negara, ratusan pimpinan perusahaan BUMN dan swasta ikut terlibat dalam berbagai pergelaran Puspo Budoyo. Keikutsertaan para tokoh dinilai efektif menarik perhatian masyarakat. Sebab, ketika mereka tampil, rekan-rekan kantor, bawahan, anak-cucu, bahkan kolega mereka, memenuhi gedung pertunjukan. "Ini sangat positif, karena berarti sejak kecil generasi muda kita sudah dikenalkan dengan seni budaya tradisional," paparnya.
Tak hanya seni ketoprak, Paguyuban Puspo Budoyo belakangan juga mementaskan pergelaran wayang orang, ludruk, hingga lenong. "Visi kami memang pelestarian budaya nusantara. Jadi bukan hanya ketoprak dan wayang orang yang dekat ke Jawa Tengah-Jogjakarta, tapi juga ludruk yang dari Jawa Timur dan lenong yang dari Betawi," terang Luluk.
Hingga pementasan Jumat lalu, tercatat sudah 32 kali pementasan Ketoprak Guyonan Campur Tokoh, lima kali Wayang Orang Canda Campur Tokoh, empat kali Ludruk Nostalgia Campur Tokoh, dan sekali Lenong Campur Tokoh. "Jadi, total sudah ada 42 kali pementasan. Alhamdulillah, semuanya bisa dibilang sukses," ujarnya.
Puncaknya, Jumat lalu, Ketoprak Guyonan Campur Tokoh yang mementaskan lakon Merah Putih Mencegah Perang mendapat perhatian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden, Ibu Negara dan pada menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II berjubel menonton pertunjukan. "Pentas kemarin sangat istimewa, karena lakonnya dipilih sendiri oleh Pak SBY," ungkap Luluk.
Pentas Jumat lalu memang lengkap. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setianingsih, Staf Khusus Presiden Heru Lelono, Gubernur Jatim Soekarwo, Sekjen Kementerian Kesehatan Ratna Hendardji, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Suroyo Alimoeso, serta Kepala BPOM Kustantinah ikut bermain. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Soesantono yang kakinya sempat keseleo ketika berlatih bambangan (perang-perangan, Red) - sehingga harus dipapah istri dan ajudannya pulang - bahkan memaksakan tetap ikut bermain.
Selain para pejabat, sejumlah pucuk pimpinan perusahaan plat merah juga ikut bermain. Di antaranya, Dirut PLN Dahlan Iskan, Dirut Bulog Soetarto Alimoeso, Direktur BRI Bambang Soepeno, Direktur Pertamina Waluyo, Dirut Surveyor Indonesia Didie Tedjosumirat, serta Direktur Indofarma Yuliarti Merati. Selain mereka, ada pula Komisaris Utama PLN Yogo Pratomo, Komisaris Utama Danareksa Remy Sjahdeini, juga Komisaris BRI Aviliani, Dirut Indika Energy Pandri Prabono, Dirut SMB Synergi Soelasno Lasmono, Komisaris Bank Danamon yang juga calon Deputi Gubernur Bank Indonesia Krisna Wijaya, hingga Manajer Jamu Nyonya Meneer Lilik Siswanto.
Ketua Paguyuban Puspo Budoyo Lies Sumiarso mengakui, tingginya atensi para pejabat dalam bermain ketoprak memiliki dua nilai positif. Pertama, para tokoh itu ikut terlibat dalam pelestarian seni budaya tradisional. Kedua, partisipasi mereka efektif dalam mendatangkan sponsor dari korporasi. "Terus terang, pementasan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain untuk biaya operasional, juga honor bagi seniman ketoprak. Kami harus memberikan penghargaan bagi pemain profesional," katanya. (owi/c2/sof)
SEPERTI seni pertunjukan tradisional lain, ketoprak mulai kalah oleh budaya kontemporer. Beruntung masih ada seniman yang berupaya nguri-uri (melestarikan) ketoprak. Untuk menambah gaung, mereka menggandeng sejumlah petinggi negara dan bos-bos perusahaan untuk ikut bermain ketoprak.
Ide awalnya datang dari Luluk Sumiarso, staf ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pembina Paguyuban Ketoprak Puspo Budoyo ini menilai pementasan ketoprak yang patuh pada pakemnya tidak akan mampu menarik perhatian masyarakat. Hal ini akan berujung pada kepunahan seni pertunjukan yang sempat sangat populer di Jawa Tengah-Jawa Timur itu.
Luluk mengatakan, pada 2006, eksistensi ketoprak mulai terancam setelah Ketoprak Humor yang ditayangkan sebuah televisi swasta berhenti tayang. Terhentinya kontrak pertunjukan yang sempat booming itu, tak ayal membuat seniman-seniman ketoprak kelimpungan karena kehilangan pekerjaan. Asap dapur mereka bergantung pada pentas ketoprak di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) sekali sepekan. Penontonnya pun tak seberapa banyak.
"Pak Aries (Aries Mukadi) lalu mengajak Paguyuban Puspo Budoyo ikut menghidupkan kembali ketoprak. Puspo Budoyo sebelumnya lebih banyak berkiprah di seni musik tradisional Jawa," terang komisaris Pertamina ini.
Pria asal Ponorogo ini menilai perlu dibuat pentas ketoprak yang sedikit melenceng dari pakem tapi menyedot perhatian masyarakat. Pemainnya gabungan antara tokoh masyarakat dan seniman ketoprak. Agar tokoh-tokoh itu mau bermain, pakem dibuat longgar sehingga pemainnya bisa berimprovisasi. Karena tokohnya dari berbagai daerah, pementasan ketoprak itu menggunakan bahasa Indonesia.
"Konsep itu lantas saya matangkan dengan seniman ketoprak senior Aries Mukadi. Jadilah, Ketoprak Guyonan Campur Tokoh," ujar mantan Dirjen Migas ini kepada Jawa Pos, di GKJ, Jumat (7/5) lalu.
Setelah konsep matang, pada Mei 2006, pergelaran Ketoprak Guyonan Campur Tokoh untuk kali pertama dipentaskan. Mementaskan lakon Warok Suromenggolo, pergelaran itu diramaikan mantan Menteri Perhubungan Agum Gumelar dan artis Ratna Listy. "Agar menarik perhatian, pentas itu sengaja kami beri judul Suminten (Ratna Listy) Edan. Sejak itu atensi masyarakat sangat positif, bahkan bisa dibilang meledak," cetusnya.
Semenjak itu, pergelaran Ketoprak Guyonan Campur Tokoh rutin dipentaskan setiap dua bulan di GKJ di kawasan Senen dan Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Setelah pementasan pertama sukses, tokoh-tokoh masyarakat yang bersedia ikut bermain pun mulai berdatangan. Mendiknas Muhammad Nuh, mantan Jaksa Agung Marzuki Darusman, Yenny Wahid, mantan Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom, mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, serta mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie pun pernah bermain ketoprak.
Selain para pejabat negara, ratusan pimpinan perusahaan BUMN dan swasta ikut terlibat dalam berbagai pergelaran Puspo Budoyo. Keikutsertaan para tokoh dinilai efektif menarik perhatian masyarakat. Sebab, ketika mereka tampil, rekan-rekan kantor, bawahan, anak-cucu, bahkan kolega mereka, memenuhi gedung pertunjukan. "Ini sangat positif, karena berarti sejak kecil generasi muda kita sudah dikenalkan dengan seni budaya tradisional," paparnya.
Tak hanya seni ketoprak, Paguyuban Puspo Budoyo belakangan juga mementaskan pergelaran wayang orang, ludruk, hingga lenong. "Visi kami memang pelestarian budaya nusantara. Jadi bukan hanya ketoprak dan wayang orang yang dekat ke Jawa Tengah-Jogjakarta, tapi juga ludruk yang dari Jawa Timur dan lenong yang dari Betawi," terang Luluk.
Hingga pementasan Jumat lalu, tercatat sudah 32 kali pementasan Ketoprak Guyonan Campur Tokoh, lima kali Wayang Orang Canda Campur Tokoh, empat kali Ludruk Nostalgia Campur Tokoh, dan sekali Lenong Campur Tokoh. "Jadi, total sudah ada 42 kali pementasan. Alhamdulillah, semuanya bisa dibilang sukses," ujarnya.
Puncaknya, Jumat lalu, Ketoprak Guyonan Campur Tokoh yang mementaskan lakon Merah Putih Mencegah Perang mendapat perhatian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden, Ibu Negara dan pada menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II berjubel menonton pertunjukan. "Pentas kemarin sangat istimewa, karena lakonnya dipilih sendiri oleh Pak SBY," ungkap Luluk.
Pentas Jumat lalu memang lengkap. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setianingsih, Staf Khusus Presiden Heru Lelono, Gubernur Jatim Soekarwo, Sekjen Kementerian Kesehatan Ratna Hendardji, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Suroyo Alimoeso, serta Kepala BPOM Kustantinah ikut bermain. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Soesantono yang kakinya sempat keseleo ketika berlatih bambangan (perang-perangan, Red) - sehingga harus dipapah istri dan ajudannya pulang - bahkan memaksakan tetap ikut bermain.
Selain para pejabat, sejumlah pucuk pimpinan perusahaan plat merah juga ikut bermain. Di antaranya, Dirut PLN Dahlan Iskan, Dirut Bulog Soetarto Alimoeso, Direktur BRI Bambang Soepeno, Direktur Pertamina Waluyo, Dirut Surveyor Indonesia Didie Tedjosumirat, serta Direktur Indofarma Yuliarti Merati. Selain mereka, ada pula Komisaris Utama PLN Yogo Pratomo, Komisaris Utama Danareksa Remy Sjahdeini, juga Komisaris BRI Aviliani, Dirut Indika Energy Pandri Prabono, Dirut SMB Synergi Soelasno Lasmono, Komisaris Bank Danamon yang juga calon Deputi Gubernur Bank Indonesia Krisna Wijaya, hingga Manajer Jamu Nyonya Meneer Lilik Siswanto.
Ketua Paguyuban Puspo Budoyo Lies Sumiarso mengakui, tingginya atensi para pejabat dalam bermain ketoprak memiliki dua nilai positif. Pertama, para tokoh itu ikut terlibat dalam pelestarian seni budaya tradisional. Kedua, partisipasi mereka efektif dalam mendatangkan sponsor dari korporasi. "Terus terang, pementasan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain untuk biaya operasional, juga honor bagi seniman ketoprak. Kami harus memberikan penghargaan bagi pemain profesional," katanya. (owi/c2/sof)
Ayo semangat lestarikan budaya bangsa . REYOG PONO ROGO Juga perlu di les tarikan jangan tunggu budaya kebanggaan kita di rampas orang asing . Perlu kaderi sasi seniman reyog ke generasi muda. ( dekik riyanto - karanglo kidol ponorogo. Di ciplak jkt ).
ReplyDelete