Sedekah Bumi dan Gelar Wayang Kresno Duto

Reyog Ponorogo di Singkawang.
Pepatah bijak. Di situ bumi diinjak, disitu langit dijunjung. Sebagai perantau, menghormati budaya daerah setempat harus dilakukan. Namun tidak serta merta, meninggalkan budaya tanah kelahirannya. Hal itu yang dilakukan warga asal Jawa di Kota Singkawang. Semuanya lebur menyambut pergantian tahun Jawa, 1 Syura.
FAHROZI- Singkawang

Dalam kalender Jawa, tahun baru identik dengan 1 Syuro. Bertepatan dengan tahun baru Hijriah, 1 Muharram. Karena 1 Syuro adalah awal tahun. Menyambutnya, banyak kegiatan yang dilakukan. Dan itu sudah turun menurun. Baik di Jawa sendiri, maupun daerah-daerah yang banyak warga Jawa-nya. Salah satunya sedekah bumi. Ritual ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur, atas semua karunia yang diberikan sang pencipta. Berbagai kegiatan, sifatnya hiburan pun di sajikan untuk berbagai kesenangan dengan seluruh masyarakat.


Seperti yang dilakukan masyarakat Jawa yang kini tingal di Kota Singkawang, tergabung dalam Paguyuban Bhineka Tunggal Ika Nusantara Kota Singkawang. Meski sudah di tanah rantau, mereka tidak melupakan budaya nenek moyang, warga pun melaksanakan kegiatan dalam rangka 1 Syuro.Satu Syuro dalam budaya Jawa merupakan waktu yang ditunggu dan harus dimanfaatkan. Pada saat inilah bagaimana masyarakat Jawa melaksanakan tiga hal, yang merupakan hasil dari bunyi salah satu alat musik tradisional, gamelan.

Yakni Ning, Nang dan Nung. Setelah melakukan tiga hal itu, masyarakat Jawa meyakini, di tahun baru, semua akan bisa dijalani dengan lebih baik, begitu juga dengan sikap dalam kesehariannya dengan orang lain dalam kehidupan.Ketua Paguyuban Bhineka Tunggal Ika Nusantara Kota Singkawang, Karyadi mengatakan tiga kata itu. “Ning” adalah sejenak manusia harus hening. Artinya, bagaimana sebagai manusia, dengan ketenangan dan keiklasan mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta.

Kata “Nang” adalah mengenang apa yang sudah dijalani selama satu tahun lalu. Manusia harus bisa memilah, merangkai dan memilih hal-hal yang bagus untuk hadapi tahun ini. “Apa yang bagus dipertahankan dan ditingkatkan, jika kurang bagus di tahun lalu jangan dilakukan di tahun sekarang,” katanya.“Nung” atau merenung atau interopeksi diri. Manusia harus bisa memeriksa apakah perbuatannya selama ini baik atau tidak. Itu untuk menyusun rencana ke depan dalam menyongsong tahun berikutnya, disertai tekad untuk lebih baik dari tahun kemarin. Karyadi menyebutkan, sebagai ucapan syukur, masyarakat Jawa yang tinggal di Singkawang. Menampilkan berbagai atraksi, yang tujuannya memberikan hiburan kepada masyarakat sekaligus dalam upaya mengenalkan serta melestarikan Seni Budaya Jawa di Kota Singkawang.

“Antara lain Tari Bonang, Kuda Lumping dan Gelaran Reog Ponorogo. Kali ini dua Gelaran Reog Ponorogo disuguhkan kepada masyarakat, satu gelaran merupakan sumbangan dari Wali Kota Singkawang,” katanya. Sementara Ketua Penyelenggara kegiatan, Sudiono menjelaskan kegiatan diselenggarakan bekerjasama dengan masyarakat kelurahan Roban Singkawang Tengah, beserta Paguyuban Bhineka Tunggal Ika Nusantara. Selain atraksi seni budaya Reog Ponorogo dan Kuda Lumping, yang dibawakan oleh Sanggar Bhineka Tunggal Ika Nusantara. Sedekah bumi serta pagelaran wayng kulit semalam suntuh juga dilaksanakan.

“Ungkapan syukur pada Sang Pencipta, kami menyelenggarakan sedekah bumi. Dengan makan tumpeng serta pelengkapnya bersama-sama dengan masyarakat yang hadir yang didahului dengan do’a bersama yang dipimpin Ustadz,” katanya.Ratusan makanan yang terdiri dari tumpeng, kue, buah-buahan serta minuman hasil sumbangan masyarakat sekitar Kelurahan Roban disuguhkan sebagai hidangan dalam sedekah bumi. Selesai sedekah bumi dilanjutkan dengan atraksi Seni Budaya Jawa dari Sanggar Bhineka Tunggal Ika Nusantara, sore hari masyarakat disuguhi Campur Sari dan malam diakhiri dengan do’a bersama serta wayang kulit yang dihadiri Wali Kota Singkawang.

Sudiono, dalam kesempatan itu menyampaikan agar seni budaya Jawa bisa diterima masyarakat Kota Singkawang. Seperti kegiatan l Syuro, ini merupakan adat budaya Jawa. Selain dalam upaya melestarikan seni budaya, nantinya bisa memberikan kontribusi positif dalam menambah kasanah budaya yang ada di Kota Singkawang.“Kita mendukung misi Singkawang ebagai Kota Pariwisata,” katanya.

Penyelenggaraan kegiatan, diprakarsai dan didanai secara swadaya masyarakat yang peduli dengan seni budaya Jawa, seperti perkumpulan tukang sayur, pedagang kaki lima, pedagang pecel lele Lamongan serta perkumpulan-perkumpulan dari berbagai daerah.Di bagian akhir, Wali Kota didampingi Ny Ema Hasan Karman, memotong tumpeng yang diserahkan pada salah satu pinisepuh dan Ki Suripto selaku dalang, dilanjutkan dengan penyerahan wayang kulit Kresno oleh Wali Kota sebagai tanda dimulainya pagelaran wayang kulit yang mengangkat judul Kresno Duto.(pontianakpost.com)

Comments

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo