Menggemukkan Sapi, Untung Ratusan Juta Perbulan
Pak Faruqi saat memandikan sapinya (foto by : reyog.tv) |
Pembaca ingin juga meniru kesuksesan Pak Faruqi dalam bisnis penggemukkan sapi miliknya. Berikut kami sajikan liputan ini untuk anda. Anda bisa mencontek formula bagaimana Pak. Faruqi dapat sukses di bisnis ini. Berikut liputannya.
Kisah sukses Faruqi berawal dari hobi memelihara sapi sejak kecil, namun masih dengan cara tradisional. Sekitar tahun 80-an, ia menggagas penggemukan sapi. Walau berulangkali gagal, akhirnya ia menemukan formula khusus untuk menggemukkan sapi dengan cepat. Salah satu komponen pakannya dengan menggunakan jerami kering dan konsentrat, sebagai pakan sapi. Hasilnya fantastis, berat badan sapi bisa naik hingga 2 kilogram setiap hari, atau 60 kilogram per bulan. Jadi bisa dibayangkan dahsyatnya bisnis ini, karena jika dipelihara selama empat bulan, berat badan sapi akan naik sekitar 240 kilogram.
Dalam bisnis ini, rupanya tidak mengenal adanya limbah atau sisa hasil produksi, karena dari berbagai limbah yang dihasilkan, juga bisa diciptakan keuntungan lain, seperti penjualan pupuk organik dari kotoran sapi dan pupuk cair dari fermentasi urin (kencing) sapi. Omset penjualannya pun tidak sedikit, bisa mencapai ratusan juta rupiah pula.
Faruqi pun tak segan buka-bukaan soal teknik, yang membuatnya berhasil menggeluti usaha penggemukan sapi yang membuatnya makin bersemangat.
Faruqi pun tak segan buka-bukaan soal teknik, yang membuatnya berhasil menggeluti usaha penggemukan sapi yang membuatnya makin bersemangat.
Tekniknya ternyata sederhana, Faruqi membeli sapi jantan kurus, tapi berperawakan bagus, kemudian digemukkan sekitar 4 bulan, lalu dijual lagi. Dari teknik ini, ia bisa meraup keuntungan besar. “Perbulan, sekitar Rp 200 juta, per seratus ekor sapi,” ungkapnya. Padahal, sapi yang dimilikinya sekitar 300 ekor mulai dari jenis lomousin, brahman,dan brangus. Jadi tinggal hitung saja berapa omzetnya.
Meski sapi peliharaannya sudah sangat banyak, namun, menurut Faruqi, masih selalu kurang untuk memenuhi suplai kebutuhan konsumen. “Permintaan konsumen di Indonesia, khususnya Jakarta, Sumatera, kalimantan dan kota kota besar lainya, masih sangat kurang,” jelasnya.
Masih terbukanya peluang usaha penggemukan sapi, membuat bapak dua anak ini makin giat mengembangkan usaha. Ia menggandeng pensiunan PNS, Pensiunan Polisi, TNI dan petani sekitar, untuk ikut menggemukkan sapi dengan program kemitraan. Tidak hanya di Ponorogo, namun juga warga di Wonogiri dan Sukoharjo Jawa Tengah. Sudah ratusan warga dan pensiunan yang ikut kemitraan, dengan jumlah sapi sekitar 200 ekor.
Banyaknya warga yang tertarik dengan ternak sapi, karena bisnis penggemukan sapi dianggap lebih mudah dan kecil resiko. “Sapi lebih kebal penyakit, dibanding ayam, atau ternak lainnya. Selain itu, dibanding memelihara ayam seribu tentunya lebih mudah memelihara sapi satu, yang jika dikonversi harganya adalah sama,” tambahnya.
Melihat potensi yang masih terbuka lebar, ia terus mencari mitra baru yang mau bekerja sama dalam penggemukan sapi ini. “Siapapun bisa, asal dengan kemampuan dan memiliki faslitas untuk penggemukannya. Kami siap membantu, berbagi ilmu, bekerja sama. Sama-sama untung,” pesannya.
Selain itu, pertumbuhan sapi lebih cepat sedangkan kebutuhan daging sapi terus meningkat. Sementara, suplai daging sapi dalam negeri masih kurang dan harus dicukupi dengan impor. Ia yakin, berapapun sapi yang digemukkan, berapapun banyak peternaknya, sapi dipastikan tetap akan laku terjual.
Sumber artikel ini dari situs: Reog.tv
semoga menginspirasi....
ReplyDelete