Pelajar nekat seberangi sungai untuk sekolah

(Ponorogo, Jawa Timur): Keberanian para pelajar Sekolah Dasar diwilayah Watu Bonang kecamatan Badegan sungguh perlu untuk diperhitungkan. Betapa tidak, demi bersekolah, puluhan pelajar nekat menyeberangi sungai dengan lebar belasan meter dan memiliki arus cukup deras.

Bahkan kedalaman sungai itu dapat membahayakan jiwa para pelajar. Aksi bondo nekat itu dilakukan, karena para pelajar tidak memiliki pilihan lain, dalam mendapatkan ilmu dibangku sekolah. Kalaupun harus berputar, para pelajar itu harus menempuh jarak lebih dari 6 kilometer.

Para orang tuapun harus rela mengawal anak-anaknya berangkat dan pulang sekolah. Agar kejadian yang tidak diinginkan tak pernah terjadi. Pelajar Sekolah Dasar inipun, berharap sentuhan pemerintah daerah untuk mewujudkan impian untuk dibangun sebuah jembatan diatas sungai Semagar itu. Pemerintah desa setempatpun, telah memberikan arahan kepada warganya. Agar memperhatikan anak-anaknya jika menyeberangi sungai itu.



Kepala Desa Watu Bonang, Bowo Susetyo mengatakan puluhan pelajar tingkat sekolah dasar menyeberangi sungai tiap hari. Saat berangkat pagi hari dan pulang sekolah pada siang hari. Ini dilakukan lantaran jarak antara rumah dan sekolah lebih dekat menyeberangi sungai. Kalaupun berputar, harus menempuh jarak lebih dari 6 kilometer. “Sekolah Dasar Watu Bonang I berada didukuh Gulun sementara pelajar berada didukuh Geden. Dan itu adalah sekolah yang terdekat,” lanjutnya, Kamis (19/1/2012).

Dia juga menjelaskan, arus sungai akan sangat besar jika memasuki musim penghujan. Seperti yang terjadi saat ini. Namun jika musim kemarau, aliran air cukup kecil. Sehingga, jika turun hujan lebat, para pelajar terpaksa diantar orang tuanya untuk berputar melewati jembatan besar yang cukup jauh. “Kalau hujan lebat, disini sering terjadi banjir. Bahkan air dapat meluap,” terangnya.

Tak hanya pelajar, lanjut Bowo, warga sering menyeberang sungai. Pasalnya, sejumlah warga memiliki lahan pertanian diseberang sungai. Sehingga aktifitas sungai, pada pagi dan siang hari cukup ramai. Masyarakat sekitar, masih menurut Bowo, sangat membutuhkan jembatan untuk melakukan aktifitas. “Dari dulu belum ada jembatan. Berharap segera dibangun jembatan,” katanya.

Sementara Anto, salah satu siswa mengatakan jika dirinya sudah terbiasa menyeberang sungai untuk berangkat sekolah, walau dengan perasaan takut. Terutama pada saat musim penghujan. Namun, itu dilakukan karena jika memutar jaraknya cukup jauh. Apalagi, orang tunya tak memiliki sepeda motor. “Berharap dibangun jembatan, agar lebih cepat sampai sekolah,” pungkasnya. (ded/berita2.com )

Comments

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo