Pertama Kali di Indonesia, Kontes Raja Buah Durian Digelar
Peserta festival durian dari Desa Talun Kecamatan Ngebel, Ponorogo.. |
Setidaknya 25 jenis durian lokal di Kecamatan Ngebel ikut serta dalam kontes yang baru dua kali dihelat ini. Mulai dari durian Mrobyong, Kukusan, Utri, Gudel hingga durian Suro. Semuanya adalah varietas durian lokal yang dihasilkan oleh warga di enam dari delapan desa di kecamatan yang telah kondang sebagai penghasil buah berduri ini.
Dua desa tidak bisa ikut kontes sebab tanaman durian dari para petaninya belum berbuah. Yaitu dari desa Gondowido dan desa Pupus. Kedua desa ini baru sekitar empat tahun terakhir ditanami pohon durian di lahan kebunnya. Sehingga terpaksa absen pada kontes kali ini.
Cara penilaian dalam kontes ini terbilang unik. Setelah durian diberi nomor, durian akan ditimbang. Setelah itu, juri akan mencicipi buah durian. Setelah itu, durian dari bilah-bilah yang tidak dicicipi akan dihabiskan oleh para hadirin yang bersedia melahap lembutnya daging peserta kontes. Tapi, pongge alias biji durian dan kulit dari durian kontestan harus dikumpulkan untuk ditimbang lagi.
“Durian dinilai dari rasa, aroma, kelembutan dagingnya dan juga ketebalannya. Nah, untuk mengukur ketebalan inilah kulit dan biji harus dikumpulkan,” ungkap Puspita, juri dari Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Dinas Pertanian Provinsi Jatim, kemarin.
Kepala Bidang Kelembagaan dan SDM Badan Penyuluh Pertanian Distan Kabupaten Ponorogo Marsudi menyatakan, kontes ini merupakan cara bagi Distan dan BPSB untuk mendapatkan varietas terbaik durian di daerah tersebut. Pemenangnya akan dilihat pengambangannya di kebun. Setelah memenuhi beberapa syarat dan kondisi, varietas ini akan dikembangkan sebagai varietas dalam sebuah kawasan.
“Tahun 2007, saat kontes durian pertama digelar, Durian Kanjeng jadi pemenangnya. Lalu setelah diteliti oleh tim BPSB, sekarang dikembangkan di lahan di Ngrogung ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Ponorogo Harmanto menyatakan pengembangan durian Kanjeng di Ngrogung telah mencapai 100 hektare pada 2011. Luas ini akan dikembangkan lagi menjadi 200 hektare pada 2012 ini secara bertahap. “DIPA-nya sudah turun. Tanah sudah siap tinggal pelaksanaan saja,” ujarnya.
Di Kecamatan Ngebel sendiri, saat ini tercatat terdapat 1.000 hektare lahan yang ditanami pohon durian berbagai varietas. Jumlah ini naik dua kali lipat dibanding kondisi sebelum tahun 2006. “Dulu hanya tanaman kebun rakyat biasa. Jumlahnya memang banyak, tapi kurang dikembangkan,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Ngebel Widodo.
Peningkatan jumlah dan variasi durian terjadi setelah BPSB melakukan prima tani atau program semacam kuliah kerja nyata di Ngebel selama tiga tahun, yaitu 2006 hingga 2008. Para petani yang disurvei pun akhirnya semakin pintar dalam melakukan rekayasa genetika pohon durian. Mulai dari menempel, sambung pucuk hingga top walking.
“Dari sini penyilangan dan peningkatan kualitas bisa ditemukan oleh petani sendiri. Nah, saat inilah banyak yang sudah mendapatkan hasil berupa panen pertamanya. Ya yang dikonteskan ini,” terangnya.
Jumlah pohon durian di Kecamatan Ngebel saat ini mencapai 35 ribu batang, naik dua kali lipat dari sebelum tahun 2006. Dengan produksi rata-rata satu kuintal durian perbatang pohon, maka tiap musim Ngebel dapat memproduksi setidaknya 3.500 ton durian berbagai jenis. Rata-rata adalah hasil silangan lokal karya para pwarga Ngebel sendiri.
“Rasanya sebenarnya mirip-mirip, tinggal ukuran dan ketebalan. Bukan berarti yang kecil dan tipi situ inferior, tapi setiap jenis ada peminatnya. Sebab, semua tergantung pasar. Ada yang suka durian besar, ada yang suka durian kecil. Monggo kerso, nawarin kekuatan kantong konsumen,” kata Widodo lagi.
Yang jelas, dengan kontes dan pengembangan yang terus menerus, harapannya anak cucu di Ngebel dan sekitarnya tidak asing terhadap buah durian. Harapan yang lebih besar adalah bisa menjadi pusat durian di Jawa Timur, bila perlu seantero Indonesia. arso/LENSAINDONESIA.COM
musime terah....
ReplyDeleteMantap Brow,,,,
ReplyDeleteBibit durian Pelangi, si terong, kumbokarno, kholil, ketan, udang merah(anghe), tembaga, bedugol, merah, kanjo, namlung, bintana, dll di jogja_magelang 087839145118
Fakta realita bibit durian kanjeng sulit ter akses oleh peminat jarak jauh, seakan menjadi komoditi kalangan privat, harusnya pemberitaan nya pun dalam lingkup privasi, sy telp dinas pertanian ponorogo mereka malah bilang ga ngerti, adapun penangkar resmi cuma melayani pembelian jumlah besar yg Ujung2 nya yah kalangan tertentu lagi yg bisa meng akses, bukannya malah maju program itu malah terpojok oleh bibit durian lain yg kian terkenal, jgn promosikan utk khalayak umum deh kalo masih model feodalisme kayak gitu stakeholder nya.
ReplyDeleteGanti tuh pemberitaan nya,dgn kata bibitnya hanya utk kalangan tertentu, wong atas e bibit duren ae wong di kongkon ngemis2, wes ngono mbayar larang maneh, Sopo sing kate minat nang barang sing di dol model ngono iku, propaganda kamuflase.
Maaf sy tiada Mksd meng kritik masyarakat ponorogo, krn sy sendiri juga keturunan sana, sy cuma mengulas justru stakeholder durian kanjeng yg bikin produk ponorogo jadi katak dalam tempurung.
Maksud hati ingin melestarikan durian kebanggaan agar tak punah dan terkenal di luar ponorogo tp apa daya ternyata bibit itu di bikin hanya untuk kalangan tertentu.