Arum manis jajanan kota Reyog

Kemarin Sore saya ketemu dengan bapak-bapak, usianya sekitar 50 tahunan. Sebelum ketemu, saya mendengar suara musik seperti biola. Saya sudah mengira, bahwa itu adalah penjual arum manis. salah satu jajanan tradisional Indonesia peninggalan nenek moyang sejak puluhan tahun yang lalu. Wah, kesempatan nieh. Jarang-jarang bisa ketemu dengan penjual arum manis ini. Apalagi dengan usia yang kini sudah beranjak senja, bapak itu pasti mengurangi jam terbangnya untuk berjualan di sekitar kota Ponorogo.
Sebut saja Pak Slamet Gareng, bapak inilah yang hingga saat ini masih terus berjualan jajanan arum manis di Kota Ponorogo.

    Menurut RAGAM INDOSIAR.COM, Arum manis adalah penganan yang dibuat dari bahan dasar terigu dan gula yang diberi perwarna. Panganan tradisional ini terbukti masih digemari warga, karena rasanya yang khas dengan rasa manis alami gula.

    Biasanya arum manis disantap bersama kerupuk terigu yang gurih hingga memunculkan sensasi rasa yang tidak ditemukan pada penganan moderen produksi pabrikan.

    Proses pembuatan penganan tradisional ini cukup rumit. Pertama, gula pasir yang dicampur minyak sayur dipanasi sampai mengumpal. Setelah diberi sedikit perwarna merah, gula pasir yang telah dipanasi ini dicampur dengan adonan terigu yang kemudian dibentuk memanjang diatas meja beralaskan seng.

    Gumpalan adonan tepung terigu dan gula inilah yang kemudian ditarik-tarik sampai berbentuk serabut. Proses inilah yang paling sulit karena membutuhkan keahlian khusus dan tenaga ekstra, agar serabut arum manis yang dihasilkan semakin banyak.

    Setelah berbentuk serabut menyerupai benang, arum manis dipotong-potong. Biasanya penganan ini dijual dalam kemasan plastik.
    (di Ponorogo jajanan ini di jual seperti gambar)

    Meski kebanyakan pengemar arum manis adalah anak-anak dan remaja, namun tak sedikit orang dewasa yang menyukainya. “Arum manis tradisional lebih nikmat dan gurih daripada arum manis yang dijual di pabrik-pabrik sebab terbuat dari gula asli” ujar pengemar arum manis.

Jajanan ini di jual dengan harga Rp. 1000 setiap penyajiannya (bingung mau ngasih nama apa jenis kemasannya…).

Pelanggan bapak ini ternyata masih banyak juga, waktu saya temui di salah satu gang kecil di timur kota, tak henti-hentinya kalimat “pak tumbas arum manis….”. Sayangnnya saya kemarin tak sempat bertanya, sampai berapa pendapatannya selama sehari dalam menjajakan Arum Manis keliling Kota Ponorogo. Bapak itu bertempat tinggal di Sawoo, 17 Km dari pusat kota Ponorogo arah Timur Laut. Manisnya jajanan bapak ini tidak membuat serak atau gatal ditenggorokan. Sepertinya memang asli gula, tidak ada pemanis buatan. MANTABS DEH BAPAK!!! LANJUT PAK!!!!! Besuk tak borong banyak deh jajananannya.

Lain waktu pasti tak cari lagi nie bapak. Kayaknya kurang banget informasi yang saya dapat kemarin.

Comments

  1. Sumpah wong iki wis tau neng ngarep rumahku! dulu pas SMP aku juga pernah satu bis ma bapak ini! Sukses Pak!

    ReplyDelete
  2. RUmahnya kalau ga salah daerah Sambit ato Sawoo..
    dia sampai sekarang ditemani oleh anak laki-lakinya yang sama berprofesi sebagai pedagang Arum manis....

    ReplyDelete
  3. bukan kec. Sawoo, tp kec. Jetis, Ds. Kutu.

    ReplyDelete
  4. wawaawaa.. aku juga pernah beli arum manis ma si bapak. jaman kecil dulu. ToT

    ReplyDelete

Post a Comment

Besar harapan kami dapat memberikan jembatan untuk dapat saling silaturahmi sesama warga Ponorogo dimanapun berada.
Tinggalkan komentar anda sebagai wujud partisipasi dukungan untuk kami. Terima kasih.

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo