Reyog Ponorogo meriahkan HUT Banjarbaru

Hujan yang mengguyur deras seluruh wilayah kota Banjarbaru sejak siang, dihari minggu lalu tidaklah menyurutkan antusias warga untuk menikmati kesenian Reog Ponorogo yang digelar di taman air mancur pusat kota, dalam rangka ikut memeriahkan hari jadi kota Banjarbaru XI pada tanggal 20 April nanti. Bunyi-bunyian alat musik gending khas dari tanah Jawa, mengalun lembut ditabuhi gong dengan rancaknya oleh seniman reog yang tergabung dalam Paguyuban Warga Ponorogo atau yang disingkat PAWARGO telah berkiprah hampir 1 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 21 Juni 2009, yang dipimpin oleh Bapak H Guntur S.W.

Riuh rendahnya kenong gamelan yang ritmis kadang menghentak mengiringi lenggak-lenggok penarinya yang anggun, luwes diantaranya masih berusia belia, tidak ketinggalan peralatan khas kuda lumping dan kepala barongan yang bertengger di perangkat “Dada Merak” terbuat dari bulu burung merak, yang khusus didatangkan dari Negara India ikut melengkapi penampilan mereka sore itu. Disela sela pertunjukan, pimpinan PAWARGO Bapak H. Guntur S.W., yang didampingi penasehat atau sesepuh paguyuban, Bapak H. Basori, mengatakan bahwa perkumpulan didirikan karena dilandasi rasa kecintaan mereka terhadap warisan leluhur yang patut dilestarikan. 

Selain berkegiatan di bidang seni, Paguyuban ini juga melakukan aktivitas social seperti arisan, pasar murah dan lain-lain. Saat ini anggotanya telah mencapai kurang lebih 2000 orang yang domisilinya meliputi seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan, dan anggotanya terbuka karena tidak harus berasal dari wilayah Ponorogo Jawa Timur. Selain itu kesenian dari Paguyuban ini telah di kreasikan dengan perpaduan budaya setempat, dimana dalam hiasannya menyertakan gambar rumah Banjar, hal ini dimaksudkan sebagai symbol menyatunya mereka dengan budaya setempat.
Selain tarian kuda lumping ataupun tembang (nyanyian), kesenian Reog memiliki tarian khas tersendiri yaitu tarian Barong/kepala singa yang menempel pada “Dada merak” dengan bobot keseluruhan bisa mencapai hingga 70 kilogram lebih, selanjutnya penari akan mengigit kuat bagian tertentu sebagai pegangan di kepala singa tersebut. Konon untuk melakukan tarian ini diharuskan melakukan ritual tertentu yang dianggap orang awam lebih bernuansa magis. Namun hal ini dibantah langsung oleh Bapak H. Guntur S.W., dimana menurut beliau kesenian yang mereka usung adalah murni karena ketrampilan para penarinya hanya dapat diperoleh dari latihan rutin selama ini. Pendek kata semua orang bisa melakukan tarian ini asal mau berlatih dengan tekun! yang diamini oleh para pengurus PAWARGO lainnya.
Di lain kesempatan Bapak Drs. H. Ogi Fajar Nuzuli M.Pd., M.A.P., atau biasanya yang disapa akrab “Bang Ogi” yang turut hadir untuk membuka acara pentas mengatakan, “bahwa Pemerintah Kota Banjarbaru sangatlah mendukung dan membuka seluas-luasnya bagi para penggiat seni untuk menumbuh kembangkan segala kesenian di kota Banjarbaru”. 
Beliau juga menambahkan bahwa kota Banjarbaru dengan jumlah penduduknya berkisar 120 ribu jiwa sangatlah beragam asal usulnya, sehingga adat istiadat ataupun jenis kesenian dan budaya yang dibawa tentunya beragam. Lambat laun kota ini satu saat nanti bisa menjadi “Indonesia Mini“ karena keragaman tersebut, tentu saja hal ini harus juga diikuti dengan proses harmonisasi antar budaya. Sehingga kebhinekaan yang ada di tengah masyarakat sebagai perwujudan anugrah “Illahi” yang mampu membawa masyarakatnya hidup berdampingan dalam ketentraman dan rasa saling menghargai. Sehingga dari forum forum pentas kesenian semacam ini masyarakat khususnya Banjarbaru akan semakin mengenal dan menghargai ragam budaya disekelilingnya sebagai kekayaan yang tidak dapat dinilai!  

Comments

  1. salut untuk ponorgo mas...
    salam kenal ya?

    ReplyDelete
  2. Mnta do'a restux smoga suro ini bisa mngikuti FRN u/ yg prtama x nya...
    Salam Budaya...................danang pawargo kalsel.

    ReplyDelete

Post a Comment

Besar harapan kami dapat memberikan jembatan untuk dapat saling silaturahmi sesama warga Ponorogo dimanapun berada.
Tinggalkan komentar anda sebagai wujud partisipasi dukungan untuk kami. Terima kasih.

Popular posts from this blog

Reog Dulu dan Sekarang : di Balik Tirai Warok-Gemblak

Menikmati suasana pasar malam Ponorogo